Minggu, 09 Februari 2014

Dulce Et Utile


A. PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG

            Selama ini kita yakini bahwa sastra itu indah dan imajinatif. Ternyata dibalik dari pandangan sejumlah orang itu, sastra memiliki sifat yang spesifik mengenai keindahannya yang disebut dulce et utile. Dalam makalah ini kami akan membahas mengenai karya sastra bersifat dulce et utile yang berarti sastra itu indah, mempesona, dan bermanfaat.
2. RUMUSAN MASALAH
            1. Apa yang dimaksud dengan dulce et utile ?
            2. Bagaimanakah sastra menurut dulce et utile itu ?
            3. Mengapa karya sastra harus memuat dulce et utile ?
3. TUJUAN PENULISAN
·         Memberikan informasi tentang arti dulce et utile dalam karya sastra
·         Memberi pemahaman bahwa karya sastra bersifat dulce et utile
4. METODE PENULISAN
            Dalam penyusunan karya ilmiah ini, kami menggunakan metode penulisan dengan  mengumpulkan data dari beberapa sumber bacaan.
B. PEMBAHASAN
            Sastra adalah karya yang berbeda. Sastra menjadi berbeda, bukan hanya karena dapat berubah dari zaman ke zaman secara mengejutkan lantaran kreatifitas sastrawan yang ‘selalu tidak nyaman’ dengan segala konvensi yang ada. Tetapi juga karena kehadirannya yang bersifat ganda. Sastra tidak hanya hadir menyajikan keelokan dan keindahan kata, ia juga menyajikan pesan  yang bermakna. Tentang itu Quintus Horatius Flaccus sudah memaklumkan. Dalam tulisannya yang berjudul  Ars Poetica penyair kelahiran Venosa Italia ini mengemukakan istilah ‘dulce et utile’.  Bahwa sastra berfungsi ganda, ia tidak hanya menghibur (dulce) karena menampilkan keindahan, tetapi juga memberikan makna (utile) terhadap kehidupan (kematian, kesengsaraan, maupun kegembiaraan) atau memberikan pelepasan ke dunia imajinasi. Selanjutnya Wellek dan Warren (1956) menyatakan bahwa sastra berfungsi sebagai dulce et ulte atau sweet and useful. Artinya sastra berfungsi sebagai hal yang sangat menyenangkan dan yang berguna. Menyenangkan memiliki kesejajaran makna dengan “bukan sesuatu yang menjemukan” , “bukan suatu keharusan”, melainkan menyenangkan karena sifat seninya sendiri. Berguna dalam hubungan ini dijelaskan sebagai suatu yang bukan memboroskan waktu melainkansebagai sesuatu yang layak mendapat perhatian.
            Sastra menurut dulce et utile memiliki nilai estetis. Nilai estetis yang di maksud mencakup: kesatuan dalam keberagaman, distansi estetis, penciptaan kerangka seni, ciptaan, imajinasi, dan kreasi. Selain itu dari segi dulce et utile terdiri dari nilai kesenangan dan nilai manfaat. Salah satu kriteria yang digunakan untuk menentukan apakah suatu karya sastra itu “mahakarya” atau bukan adalah segi estetis. Kriteria yang lain dapat berupa reputasinya atau kecermerlangan ilmiahnya, ditambah penilaian estetis atas gaya bahasa, komposisi, dan kekuatan penyampaian yang terkecermin dalam berbagai ujaran (Wellek dan Warren, 1995: 22)
            Alasan mengapa sastra harus memuat sifat duce el utile, karena itu termasuk ciri khas karya sastra. Walaupun sastra identik dengan nilai keindahan dan nilai manfaat, namun keindahan itu relatif, setiap orang memiliki kriteria yang berbeda-beda dalam penafsirannya.
Unsur pesona (dulce) dalam sastra dapat ditemukan hampir dalam semua jenis karya sastra seperti puisi, prosa, dan drama.
            Puisi
            Sastra menarik antara lain karena dibuat dalam bentuk puisi, misalnya pantun, syair, seloka, parikan, wangsalan, gurindam, dan sebagainya. Puisi memiliki sarana-sarana estetis yang bisa menggugah pembaca, seperti diksi, gaya ekspresi seperti persajakan, aliterasi, asonansi, metafora, personifikasi, perlambangan, citraan, dan seterusnya. Cara masyarakat lama dulu menanamkan nilai-nilai moral & masyarakat lewat pantun, syair, gurindam, parikan, wangsalan, dan seterusnya. Mengapa puisi menarik? Masing-masing jenis puisi menggunakan bentuk-bentuk yang sudah tetap, yang mudah dihafal. Sedang puisi modern menarik karena singkat dan provokatif. Bahasanya “bergaya”. Ekspresif, puitis.
Contohnya:  Sajak WS Rendra ”Nina Bobok Bagi Pengantin”
Awan bergoyang, pohonan bergoyang
antara pohonan bergoyang malaikat membayang
dari jauh bunyi merdu loceng loyang
Sepi, syahdu, rindu
candu rindu, ghairah kelabu
rebahlah, sayang, rebahlah wajahmu ke dadaku
Langit lembayung, pucuk-pucuk daun lembayung
antara daunan lembayung bergantung hati yang ruyung
dalam hawa bergulung mantera dan tenung
Mimpi remaja, bulan kenangan
duka cinta, duka berkilauan
rebahlah sayang, rebahkan mimpimu ke dadaku
Lirik Lagu / lagu
Puisi akan menjadi lebih menarik lagi apabila dilagukan dalam bentuk nyanyian. Syair-syair lagu itu dihafal dan dikuasai banyak orang karena diberi lagu, sehingga banyak orang yang tertarik akan lagunya dan menyanyikannya. Lagu menimbulkan keindahan pendengaran. Orang mudah hafal syair karena dilagukan. Banyak syair dihafal dan dimengerti isinya karena dilagukan, seperti lagu Melayu, khasidahan, lagu pop, campursari, lagu kenangan, dangdut, tembang (Iwan Fals, Bimbo, Panbers, Kusplus, dan sebagainya).
            Prosa
Prosa itu adalah bentuk puisi yang dikemas dalam bentuk cerita agar pembaca lebih mudah memahami isi puisi karena cerita selalu menarik. Orang selalu ingin mendengar cerita, sesuatu yang baru. Orang selalu ingin tahu. Juga karena cerita memberi kemungkinan orang berimaginasi. Cerita membawa orang ke dunia tersendiri, yang lain dengan dunia nyata yang hanya terbatas pada peristiwa-peristiwa konkret, yang terbatas pada waktu, tempat dan fisik. Dunia dongeng, cerita bisa menyajikan sesuatu yang tidak mungkin dialami oleh dunia sehari-hari karena orang bebas berfantasi. Contoh: Harry Porter yang menghipnotis banyak orang.
Setiap orang ingin mendengar cerita. Tentang sesuatu yang belum pernah didengar. Sesuatu yang baru, yang memberi pelajaran hidup, menggugah hati, meneguhkan, memberi inspirasi,  mengejutkan, lain dari yang lain, sensasional. Cerita merupakan salah satu genre karya sastra. Dalam cerita orang mengungkapkan pengalaman hidupnya lewat bentuk narasi.
Sesuatu yang terbungkus, mengandung misteri, selalu menarik. Kado dalam bungkus, surat dalam amplop, menarik untuk dibuka. Wanita yang masih menyimpan misteri, menarik laki-laki. Setiap hari orang cari berita untuk ungkap misteri. Cerita yang mengandung misteri diburu orang. Cerita bisa menghibur orang (dongeng menjelang tidur). Menimbulkan keprihatinan. Cerita bisa memberi inspirasi. Memberi peneguhan dalam menjalani hidup ini (cerita tentang kebijaksanaan). Cerita bisa menyelamatkan, mendidik orang: Bayan Budiman. Kadang-kadang orang mengalami kesepian. Orang butuh peneguhan. Cerita yang baik bisa menghibur, tetapi juga bisa memberi sesuatu yang bermanfaat, kebijaksanaan, pendidikan, penyadaran, dan sebagainya. Cerita yang menarik digunakan orang untuk membungkus sebuah pesan yang hendak disampaikan kepada pendengar/pembaca sebagai sarana pendidikan. Tidak hanya cerita yang terjadi sekarang saja yang menarik. 
Cerita yang terjadi dahulu sering lebih menarik karena menceritakan tentang kejadian-kejadian yang telah lalu, yang ajaib dan mengandung misteri: cerita tentang terjadinya Gunung Tangkuban Perahu, Rawa Pening, Cerita Rara Jonggrang. Dari situ muncul cerita-cerita mitos, legenda, dan sebagainya. Juga tidak hanya cerita nyata saja yang menarik, tetapi cerita-cerita khayal, imaginatif, rekaan, buatan manusia. Sebaliknya ada orang yang senang bercerita. Ada orang yang ingin mensharingkan pengalamannya kepada orang lain untuk meneguhkan bahwa orang lain memiliki pengalaman yang tidak jauh berbeda pula. Ada orang yang ingin agar ceritanya menarik. Bagaimana supaya cerita menarik? Agar cerita itu menarik, diusahakan menggunakan bahasa yang baik dan indah, serta teknik pengolahan (pengaluran, penokohan, pelataran dan penceritaan) yang canggih.  Alurnya tidak terlalu sederhana, melainkan menantang. Temanya tidak hanya biasa-biasa saja, melainkan menyentuh dan menggerakkan hati manusia. Mengandung moral serta pendidikan, memberi inspirasi dan memberi peneguhan kepada manusia. Bahasanya dikemas dengan bahasa lincah, bergaya dan bernilai seni tinggi. Sudut pandang penceritaan (akuan, diaan), cara penceritaan (panorama, adegan) secara seimbang. Yang penting diberi tekanan dengan cara adegan, dengan teknik akuan, sedangkan yang hanya sekedar diketahui diceritakan secara panorama, dengan teknik diaan.
Cerita yang baik memiliki plot yang mengandung teka-teki, menyembunyikan sesuatu dan menggelitik rasa ingin tahu, sehingga orang bertanya, “Setelah ini apa?", yang memberi tegangan & kejutan. Tokohnya simpatik. Ada harapan, pertanyaan yang mengandung harapan, bagaimana sang jagoanku? Semoga jagoanku menang atau bebas dari ancaman. Semoga antagonisnya yang menimbulkan antipati itu kalah. Semoga yang baik menang, yang jahat kalah. Cerita yang indah itu yang mampu menyentuh hati manusia. Cerita bisa menyentuh hati karena mengandung nilai-nilai kemanusiaan, mengandung moral yang luhur. Biasanya mengandung tema human interest. Mengenai kesetiaan, cinta sejati, kejujuran dan perjuangan yang berujung kepada kemenangan, kebahagiaan. Cerita yang menarik mengandung gerak alur yang dinamis, berliku-liku, kompleks, tegang, menuju kepada klimaks mengejutkan, memuaskan, melegakan. Cerita menarik antara lain karena alurnya yang mengandung sebuah konflik. Konflik itu digambarkan semacam perjalanan dari pengenalan, rangsangan, gawatan, tikaian, rumitan, menuju klimaks dan diteruskan dengan selesaian. Memiliki tokoh seorang ksatria (biasanya tampan), membela kebaikan dan keadilan,  berpihak pada orang kecil, tertindas.
Keindahan di sini seperti keindahan menurut pandangan Plato/Aristoteles: mengandung kebaikan. Indah artinya baik. Menurut Plato, yang indah dan sumber segala keindahan adalah yang paling sederhana. Kesederhanaan sebagai ciri khas dari keindahan, baik dalam alam maupun dalam karya seni. Di samping itu kepaduan juga merupakan ciri keindahan.
Aristoteles merumuskan keindahan sebagai sesuatu yang selain baik juga menyenangkan. Menurut Aristoteles, keindahan menyangkut keseimbangan dan keteraturan ukuran material. Katharsis adalah puncak dan tujuan karya seni drama dalam bentuk tragedi. Menurut Aristoteles, segala peristiwa, pertemuan, wawancara, permenungan, keberhasilan, kegagalan dan kekecewaan, harus disusun dan dipentaskan sedemikian rupa sehingga pada suatu saat secara serentak semuanya tampak "logis" tetapi juga seolah-olah "tak terduga". Katharsis sebagai pembebasan batin dari segala pengalaman penderitaan. Memiliki makna terapeutis (penyembuhan batin) dari segi kejiwaan. Ada unsur perubahan sikap batin menuju ke kebaikan.
Seni pentas: Mengapa drama menarik ?
Antara lain karena tata pemanggungnya, diragakan, bahasa yang digunakan dramatis & puitis, mengandung alur cerita. Sesuatu ajaran tidak membosankan apabila dibungkus dengan seni pentas (drama, pantomim, tablo). Sebuah cerita akan menjadi hidup apabila diragakan dalam pemanggungan. Drama tari maupun sendratari lebih menarik daripada cerita yang hanya dibacakan saja.
C. KESIMPULAN

            Sastra dulce et utile ini mengandung makna estetis dan fungsional, jadi karya sastra selain berciri khas estetis atau mengandung keindahan juga bermakna fungsional yakni sifatnya yang indah dapat membuat penikmat sastra menjadi terhibur, mendapat inspirasi baru, pencerahan, atau sebagai pemenuh kebutuhan untuk menjalani hidupnya seperti untuk motivasi.