A. PENDAHULUAN
1. LATAR
BELAKANG
Selama
ini kita yakini bahwa sastra itu indah dan imajinatif. Ternyata dibalik dari
pandangan sejumlah orang itu, sastra memiliki sifat yang spesifik mengenai
keindahannya yang disebut dulce et utile.
Dalam makalah ini kami akan membahas mengenai karya sastra bersifat dulce et utile yang berarti sastra itu
indah, mempesona, dan bermanfaat.
2. RUMUSAN MASALAH
1.
Apa yang dimaksud dengan dulce et utile ?
2. Bagaimanakah sastra menurut dulce
et utile itu ?
3. Mengapa karya sastra harus memuat
dulce et utile ?
3. TUJUAN
PENULISAN
·
Memberikan informasi tentang arti dulce et
utile dalam karya sastra
·
Memberi pemahaman bahwa karya sastra bersifat
dulce et utile
4. METODE PENULISAN
Dalam
penyusunan karya ilmiah ini, kami menggunakan metode penulisan dengan mengumpulkan data dari beberapa sumber
bacaan.
B. PEMBAHASAN
Sastra adalah karya yang
berbeda. Sastra menjadi berbeda, bukan hanya karena dapat berubah dari zaman ke
zaman secara mengejutkan lantaran kreatifitas sastrawan yang ‘selalu tidak
nyaman’ dengan segala konvensi yang ada. Tetapi juga karena kehadirannya yang
bersifat ganda. Sastra tidak hanya hadir menyajikan keelokan dan keindahan kata, ia juga menyajikan pesan yang
bermakna. Tentang itu Quintus Horatius Flaccus sudah
memaklumkan. Dalam tulisannya yang berjudul Ars Poetica penyair kelahiran Venosa Italia ini mengemukakan istilah
‘dulce et utile’. Bahwa sastra berfungsi ganda, ia tidak hanya menghibur
(dulce) karena menampilkan keindahan, tetapi juga memberikan makna (utile)
terhadap kehidupan (kematian, kesengsaraan, maupun kegembiaraan) atau memberikan
pelepasan ke dunia imajinasi. Selanjutnya Wellek dan Warren (1956) menyatakan
bahwa sastra berfungsi sebagai dulce et ulte atau sweet and useful. Artinya
sastra berfungsi sebagai hal yang sangat menyenangkan dan yang berguna.
Menyenangkan memiliki kesejajaran makna dengan “bukan sesuatu yang menjemukan”
, “bukan suatu keharusan”, melainkan menyenangkan karena sifat seninya sendiri.
Berguna dalam hubungan ini dijelaskan sebagai suatu yang bukan memboroskan
waktu melainkansebagai sesuatu yang layak mendapat perhatian.
Sastra
menurut dulce et utile memiliki nilai estetis. Nilai estetis yang di maksud
mencakup: kesatuan dalam keberagaman, distansi estetis, penciptaan kerangka
seni, ciptaan, imajinasi, dan kreasi. Selain itu dari segi dulce et utile
terdiri dari nilai kesenangan dan nilai manfaat. Salah satu kriteria yang
digunakan untuk menentukan apakah suatu karya sastra itu “mahakarya” atau bukan
adalah segi estetis. Kriteria yang lain dapat berupa reputasinya atau
kecermerlangan ilmiahnya, ditambah penilaian estetis atas gaya bahasa,
komposisi, dan kekuatan penyampaian yang terkecermin dalam berbagai ujaran
(Wellek dan Warren, 1995: 22)
Alasan mengapa sastra harus memuat
sifat duce el utile, karena itu termasuk ciri khas karya sastra. Walaupun
sastra identik dengan nilai keindahan dan nilai manfaat, namun keindahan itu relatif,
setiap orang memiliki kriteria yang berbeda-beda dalam penafsirannya.
Unsur pesona (dulce) dalam sastra dapat ditemukan hampir dalam semua
jenis karya sastra seperti puisi, prosa, dan drama.
Puisi
Sastra menarik antara lain karena
dibuat dalam bentuk puisi, misalnya pantun, syair, seloka, parikan, wangsalan,
gurindam, dan sebagainya. Puisi memiliki sarana-sarana estetis yang
bisa menggugah pembaca, seperti diksi, gaya ekspresi seperti persajakan,
aliterasi, asonansi, metafora, personifikasi, perlambangan, citraan, dan seterusnya.
Cara masyarakat lama dulu menanamkan nilai-nilai moral & masyarakat lewat
pantun, syair, gurindam, parikan, wangsalan, dan seterusnya. Mengapa puisi
menarik? Masing-masing jenis puisi menggunakan bentuk-bentuk yang sudah tetap,
yang mudah dihafal. Sedang puisi modern menarik karena singkat dan
provokatif. Bahasanya “bergaya”. Ekspresif, puitis.
Contohnya: Sajak WS Rendra ”Nina
Bobok Bagi Pengantin”
Awan bergoyang,
pohonan bergoyang
antara pohonan
bergoyang malaikat membayang
dari jauh bunyi merdu
loceng loyang
Sepi, syahdu, rindu
candu rindu, ghairah
kelabu
rebahlah, sayang,
rebahlah wajahmu ke dadaku
Langit lembayung,
pucuk-pucuk daun lembayung
antara daunan
lembayung bergantung hati yang ruyung
dalam hawa bergulung
mantera dan tenung
Mimpi remaja, bulan
kenangan
duka cinta, duka
berkilauan
rebahlah sayang,
rebahkan mimpimu ke dadaku
Lirik Lagu / lagu
Puisi akan menjadi lebih menarik lagi apabila
dilagukan dalam bentuk nyanyian. Syair-syair lagu itu dihafal dan dikuasai
banyak orang karena diberi lagu, sehingga banyak orang yang tertarik akan
lagunya dan menyanyikannya. Lagu menimbulkan keindahan pendengaran. Orang mudah
hafal syair karena dilagukan. Banyak syair dihafal dan dimengerti isinya karena
dilagukan, seperti lagu Melayu, khasidahan, lagu pop, campursari, lagu
kenangan, dangdut, tembang (Iwan Fals, Bimbo, Panbers, Kusplus, dan sebagainya).
Prosa
Prosa itu adalah
bentuk puisi yang dikemas dalam bentuk cerita agar pembaca lebih mudah memahami
isi puisi karena cerita selalu menarik. Orang selalu ingin mendengar cerita,
sesuatu yang baru. Orang selalu ingin tahu. Juga karena cerita memberi kemungkinan
orang berimaginasi. Cerita membawa orang ke dunia tersendiri, yang lain dengan
dunia nyata yang hanya terbatas pada peristiwa-peristiwa konkret, yang terbatas
pada waktu, tempat dan fisik. Dunia dongeng, cerita bisa menyajikan sesuatu
yang tidak mungkin dialami oleh dunia sehari-hari karena orang bebas
berfantasi. Contoh: Harry Porter yang menghipnotis banyak orang.
Setiap orang ingin
mendengar cerita. Tentang sesuatu yang belum pernah didengar. Sesuatu yang
baru, yang memberi pelajaran hidup, menggugah hati, meneguhkan, memberi
inspirasi, mengejutkan, lain dari yang
lain, sensasional. Cerita merupakan salah satu genre karya sastra. Dalam cerita
orang mengungkapkan pengalaman hidupnya lewat bentuk narasi.
Sesuatu yang
terbungkus, mengandung misteri, selalu menarik. Kado dalam bungkus, surat dalam
amplop, menarik untuk dibuka. Wanita yang masih menyimpan misteri, menarik
laki-laki. Setiap hari orang cari berita untuk ungkap misteri. Cerita yang
mengandung misteri diburu orang. Cerita bisa menghibur orang (dongeng menjelang
tidur). Menimbulkan keprihatinan. Cerita bisa memberi inspirasi. Memberi
peneguhan dalam menjalani hidup ini (cerita tentang kebijaksanaan). Cerita bisa
menyelamatkan, mendidik orang: Bayan
Budiman. Kadang-kadang orang mengalami kesepian. Orang butuh peneguhan.
Cerita yang baik bisa menghibur, tetapi juga bisa memberi sesuatu yang
bermanfaat, kebijaksanaan, pendidikan, penyadaran, dan sebagainya. Cerita yang
menarik digunakan orang untuk membungkus sebuah pesan yang hendak disampaikan
kepada pendengar/pembaca sebagai sarana pendidikan. Tidak hanya cerita yang
terjadi sekarang saja yang menarik.
Cerita yang terjadi
dahulu sering lebih menarik karena menceritakan tentang kejadian-kejadian yang
telah lalu, yang ajaib dan mengandung misteri: cerita tentang terjadinya Gunung
Tangkuban Perahu, Rawa Pening, Cerita Rara Jonggrang. Dari situ muncul cerita-cerita
mitos, legenda, dan sebagainya. Juga tidak hanya cerita nyata saja yang
menarik, tetapi cerita-cerita khayal, imaginatif, rekaan, buatan manusia.
Sebaliknya ada orang yang senang bercerita. Ada orang yang ingin mensharingkan
pengalamannya kepada orang lain untuk meneguhkan bahwa orang lain memiliki
pengalaman yang tidak jauh berbeda pula. Ada orang yang ingin agar ceritanya
menarik. Bagaimana supaya cerita menarik? Agar cerita itu menarik, diusahakan
menggunakan bahasa yang baik dan indah, serta teknik pengolahan (pengaluran,
penokohan, pelataran dan penceritaan) yang canggih. Alurnya tidak terlalu sederhana, melainkan
menantang. Temanya tidak hanya biasa-biasa saja, melainkan menyentuh dan
menggerakkan hati manusia. Mengandung moral serta pendidikan, memberi
inspirasi dan memberi peneguhan kepada manusia. Bahasanya dikemas dengan bahasa
lincah, bergaya dan bernilai seni tinggi. Sudut pandang penceritaan (akuan,
diaan), cara penceritaan (panorama, adegan) secara seimbang. Yang penting
diberi tekanan dengan cara adegan, dengan teknik akuan, sedangkan yang hanya sekedar diketahui diceritakan secara
panorama, dengan teknik diaan.
Cerita yang baik
memiliki plot yang mengandung teka-teki, menyembunyikan sesuatu dan menggelitik
rasa ingin tahu, sehingga orang bertanya, “Setelah
ini apa?", yang memberi tegangan & kejutan. Tokohnya simpatik. Ada harapan, pertanyaan
yang mengandung harapan, bagaimana sang jagoanku? Semoga jagoanku menang atau
bebas dari ancaman. Semoga antagonisnya yang menimbulkan antipati itu kalah.
Semoga yang baik menang, yang jahat kalah. Cerita yang indah itu yang mampu menyentuh hati manusia. Cerita bisa menyentuh
hati karena mengandung nilai-nilai kemanusiaan, mengandung moral yang luhur.
Biasanya mengandung tema human interest. Mengenai kesetiaan, cinta sejati,
kejujuran dan perjuangan yang berujung kepada kemenangan, kebahagiaan. Cerita
yang menarik mengandung gerak alur yang dinamis, berliku-liku, kompleks,
tegang, menuju kepada klimaks mengejutkan, memuaskan, melegakan. Cerita menarik antara
lain karena alurnya yang mengandung sebuah konflik. Konflik itu digambarkan
semacam perjalanan dari pengenalan, rangsangan, gawatan, tikaian, rumitan,
menuju klimaks dan diteruskan dengan selesaian. Memiliki tokoh seorang ksatria
(biasanya tampan), membela kebaikan dan keadilan, berpihak pada orang kecil, tertindas.
Keindahan di sini
seperti keindahan menurut pandangan Plato/Aristoteles: mengandung kebaikan.
Indah artinya baik. Menurut Plato, yang indah dan sumber segala keindahan
adalah yang paling sederhana. Kesederhanaan sebagai ciri khas dari keindahan,
baik dalam alam maupun dalam karya seni. Di samping itu kepaduan juga merupakan
ciri keindahan.
Aristoteles
merumuskan keindahan sebagai sesuatu yang selain baik juga menyenangkan.
Menurut Aristoteles, keindahan menyangkut keseimbangan dan keteraturan
ukuran material. Katharsis adalah puncak dan tujuan karya seni drama dalam
bentuk tragedi. Menurut Aristoteles, segala peristiwa, pertemuan, wawancara,
permenungan, keberhasilan, kegagalan dan kekecewaan, harus disusun dan
dipentaskan sedemikian rupa sehingga pada suatu saat secara serentak semuanya
tampak "logis" tetapi juga seolah-olah "tak terduga".
Katharsis sebagai pembebasan batin dari segala pengalaman penderitaan. Memiliki
makna terapeutis (penyembuhan batin) dari segi kejiwaan. Ada unsur perubahan
sikap batin menuju ke kebaikan.
Seni pentas: Mengapa drama menarik ?
Antara lain karena
tata pemanggungnya, diragakan, bahasa yang digunakan dramatis & puitis,
mengandung alur cerita. Sesuatu ajaran tidak membosankan apabila dibungkus
dengan seni pentas (drama, pantomim, tablo). Sebuah cerita akan menjadi hidup
apabila diragakan dalam pemanggungan. Drama tari maupun sendratari lebih
menarik daripada cerita yang hanya dibacakan saja.
C.
KESIMPULAN
Sastra dulce et utile ini mengandung makna estetis dan
fungsional, jadi karya sastra selain berciri khas estetis atau mengandung
keindahan juga bermakna fungsional yakni sifatnya yang indah dapat membuat
penikmat sastra menjadi terhibur, mendapat inspirasi baru, pencerahan, atau
sebagai pemenuh kebutuhan untuk menjalani hidupnya seperti untuk motivasi.
4. METODE PENULISAN
Awan bergoyang,
pohonan bergoyang
Keindahan di sini
seperti keindahan menurut pandangan Plato/Aristoteles: mengandung kebaikan.
Indah artinya baik. Menurut Plato, yang indah dan sumber segala keindahan
adalah yang paling sederhana. Kesederhanaan sebagai ciri khas dari keindahan,
baik dalam alam maupun dalam karya seni. Di samping itu kepaduan juga merupakan
ciri keindahan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar