Perkembangan
Aliran Linguistik
PERKEMBANGAN
BEBERAPA ALAIRAN LINGUISTIK
ALIRAN
TRADISIONAL
Perkembangan ilmu bahasa di dunia barat dimulai pada abad
IV Sebelum Masehi yaitu ketika Plato membagi jenis kata dalam bahasa Yunani
Kuno menjadi dua golongan yaitu onoma dan rhema. Onoma merupakan jenis
kata yang menjadi pangkal pernyataan atau pembicaraan. Sedangkan rhema
merupakan jenis kata yang digunakan mengungkapkan pernyataan atau pembicaraan. Secara
sederhana onoma dapat disejajarkan dengan kata benda dan rhema
dapat disejajarkan dengan kata sifat atau kata kerja. Pernyataan yang dibentuk onoma
dan rhema dikenal dengan istilah proposisi.
Penggolongan kata tersebut kemudian disusul dengan
kemunculan tata bahasa Latin karya Dyonisisus Thrax dalam bukunya ”Techne
Gramaticale” (130 M). Dengan demikian pelopor
aliran tradisionalisme adalah Plato dan Aristoteles. Tokoh-tokoh yang menganut
aliran ini antara lain; Dyonisisus Thrax, Zandvoort, C.A. Mees, van Ophuysen,
RO Winstedt, Raja Ali Haji, St. Moh. Zain, St. Takdir Alisyahbana, Madong
Lubis, Poedjawijatna, Tardjan hadidjaja.
Aliran ini merupakan aliran tertua namun karena
ketaatannya pada kaidah menyebabkan aliran ini tetap eksis di zaman apapun.
Ciri-ciri
aliran ini antara lain:
1. Bertolak dari landasan pola pikir filsafat
2. Pemerian bahasa secara historis
3. Tidak membedakan bahasa dan tulisan.
Teori ini mencampuradukkan pengertian bahasa dan tulisan
sehingga secara otomatis mencampuradukkan penegrtian bunyi dan huruf.
4. Senang bermain dengan definisi.
Hal ini karena pengaruh berpikir secara deduktif yaitu
semua istilah didefinisikan baru diberi contoh alakadarnya.
5. Pemakaian bahasa berkiblat pada pola/kaidah.
Bahasa yang mereka pakai adalah bahasa tata bahasa yang
cenderung menghakimi benar-salah pemakaian bahasa, tata bahasa ini disebut juga
tata bahasa normatif.
6. Level-level gramatikal belum rapi, tataran yang
dipakai hanya pada level huruf, kata, dan kalimat. Tataran morfem, frase,
kalusa, dan wacana belum digarap.
7.
Dominasi pada permasalahan jenis kata
Pada awalnya
kata dibagi menjadi onoma dan rhema (Plato) lalu dikembangkan oleh Aristoteles
menjadi onoma, rhema, dan syndesmos. Kemudian pada masa tradisionalisme ini
kata sudah dibagi menjadi delapan yaitu nomina, pronomina, artikel, verba,
adverbia, preposisi, partisipium, dan konjungsi. Pada abad peretngahan Modistae
membagi kata menjadi delapan yaitu nomina, pronomina, partisipium, verba,
adverbia, preposisi, konjungsio, dan interjeksi. Pada zaman renaisance kata
kembali dibagi menjadi tujuh nomina, pronomina, partisipium, adverbia,
preposisi, konjungsi, dan interjeksi. Perkembangan jenis kata di Belanda dibagi
menjadi sepuluh yaitu nomina, verba, pronomina, partisipium, adverbia,
adjektiva, numeralia, preposisi, konjungsi, interjeksi, dsan artikel.
Keunggulan Aliran Tradisional
a. Lebih tahan lama karena bertolak dari pola pikir filsafat
b. Keteraturan penggunaaan bahasa sangat dibanggakan
karena berkiblat pada bahasa tulis baku
c. Mampu menghasilkan generasi yang mempunyai kepandaian
dalam menghafal istilah karena aliran ini sengan bermain dengan definisi
d. Menjadikan para penganutnya memiliki pengetahuan tata
bahasa kareana pemakaian bahasa berkiblat pada pola atau kaidah
e. Aliran ini memberikan kontribusi besar terhadap
pergerakan prinsip yang benar adalah benar walaupun tidak umum dan yang salah
adalah salah meskipun banyak penganutnya.
Kelemahan
Aliran Tradisional
a. Belum membedakan bahasa dan tulisan sehingga
pengertian bahasa dan tulisan masih kacau
b. Teori ini tidak menyajikan kenyataan bahasa yang
kemudian dianalisis dan disimpulkan.
c. Pemakaian bahasa berkiblat pada pola/kaidah sehingga
meskipun pandai dalam teori bahasa tetapi tidak mahir dalam berbahasa di
masyarakat.
d. Level gramatikalnya belum rapi karena hanya ada tiga
level yaitu huruf, kata, dan kalimat.
e. Pemerian bahasa menggunakan pola bahasa Latin yang
sangat berebda dengan bahasa Indonesia
f. Permasalahan tata bahasa masih banyak didominasi oleh
permasalahan jenis kata (part of speech), sehingga ruang lingkup
permasalahan masih sangat sempit.
g. Pemerian bahasa berdasarkan bahasa tulis baku padahal
bahasa tulis baku hanya sebagian dari ragam bahasa yang ada.
h. Objek kajian hanya sampai level kalimat sehingga tidak
komunikatif
ALIRAN
STRUKTURAL
Teori ini berlandaskan pola pikir behaviouristik. Aliran
ini lahir pada awal abad XX yaitu pada tahun 1916. aliran ini lahir bersamaan
dengan lahirnya buku ”Course de linguistique Generale” karya Saussure
yang juga merupakan pelopor aliran ini. Ia dikenal sebaga Bapak Strukturalisme
dan sekaligus Bapak Linguistik Modern. Tokoh-tokoh yang merupakan
penganut teori ini adalah : Bally, Sachahaye, E. Nida, L. Bloomfield, Hockett,
Gleason, Bloch, G.L. Trager, Lado, Hausen, Harris, Fries, Sapir, Trubetzkoy,
Mackey, jacobson, Joos, Wells, Nelson.
Ciri-ciri
Aliran Struktural
1. Berlandaskan pada faham behaviourisme
Proses berbahasa merupakan proses rangsang-tanggap (stimulus-response).
2. Bahasa berupa ujaran.
Ciri ini menunjukka bahwa hanya ujaran saja yang termasuk
dalam bahasa . dalam pengajaran bahasa teori struktural melahirkan metode
langsung dengan pendekatan oral. Tulisan statusnya sejajar dengan gersture.
3. Bahasa merupakan sistem tanda (signifie dan
signifiant) yang arbitrer dan konvensional.
Berkaitan dengan ciri tanda, bahasa pada dasarnya
merupakan paduan dua unsur yaitu signifie dan signifiant. Signifie adalah unsur
bahasa yang berada di balik tanda yang berupa konsep di balik sang penutur atau
disebut juga makna. Sedangkan signifiant adalah wujud fisik atau hanya yang
berupa bunyi ujar.
4. Bahasa merupakan kebiasaan (habit)
Berdasarkan sistem habit, pengajaran bahasa diterapkan
metode drill and practice yakni suatu bentuk latihan yang terus menerus dan
berulang-ulang sehingga membentuk kebiasaan.
5. Kegramatikalan berdasarkan keumuman.
6. Level-level gramatikal ditegakkan secara rapi.
Level gramatikal mulai ditegakkan dari level terendah
yaitu morfem sampai level tertinggi berupa kalimat. Urutan tataran
gramatikalnya adalah morfem, kata, frase, klausa, dan kalimat. Tataran di atas
kalimat belum terjangkau oleh aliran ini.
7. Analisis dimulai dari bidang morfologi.
8. Bahasa merupakan deret sintakmatik dan paradigmatik
9. Analisis bahasa secara deskriptif.
10. Analisis struktur bahasa berdasarkan unsur langsung.
Unsur langsung adalah unsur yang secara langsung
membentuk struktur tersebut. Ada empat model analisis unsur langsung yaitu
model Nida, model Hockett, model Nelson, dan model Wells.
Keunggulan
Aliran Struktural
a. Aliran ini sukses membedakan konsep grafem dan fonem.
b. Metode drill and practice membentuk keterampilan
berbahasa berdasarkan kebiasaan
c. Kriteria kegramatikalan berdasarkan keumuman sehingga
mudah diterima masyrakat awam.
d. Level kegramatikalan mulai rapi mulai dari morfem,
kata, frase, klausa, dan kalimat.
e. Berpijak pada fakta, tidak mereka-reka data.
Kelemahan Aliran Struktural
a. Bidang morfologi dan sintaksis dipisahkan secara
tegas.
b. Metode drill and practice sangat memerlukan ketekunan,
kesabaran, dang sangat menjemukan.
c. Proses berbahasa merupakan proses rangsang-tanggap
berlangsung secara fisis dan mekanis padahal manusia bukan mesin.
d. Kegramatikalan berdasarkan kriteria keumuman , suatu
kaidah yang salah pun bisa benar jika dianggap umum.
e. Faktor historis sama sekali tidak diperhitungkan dalam
analisis bahasa.
f. Objek kajian terbatas sampai level kalimat, tidak menyentuh
aspek komunikatif.
ALIRAN
TRANSFORMASI
Aliran ini muncul menentang aliran strukturalis yang
menyatakan bahwa bahasa merupakan kebiasaan.
Pelopor aliran ini adalah N. Chomsky dengan karyanya
“Syntactic Structure”(1957) dan diikuti oleh tokoh-tokoh seperti Postal, Fodor,
Hale, Palmatier, Lyons, Katz, Allen, van Buren, R. D. King, R.A. Jacobs, J.
Green, dll.
Aliran ini pada mulanya hanya berbicara transformasi pada
level kalimat tetapi kemudian diterapkan dalam tataran lain seperti morfologi
dan fonologi.
Ciri-ciri
Aliran Transformasi
1. Berdasarkan faham mentalistik.
Aliran ini meganngap bahasa bukan hanya proses
rangsang-tanggap akan tetapi merupakan proses kejiwaan. Aliran ini sagat erat
dengan psikolinguistik.
2. Bahasa merupakan innate
Bahasa merupakan faktor innate(keturunan/warisan)
3. Bahasa terdiri dari lapis dalam dan lapis permukaan.
Teori ini memisah bahasa menjadi dua lapis yaitu deep
structure dan surface structure. Lapis batin merupakan tempat
terjadinya proses berbahasa yang sebenarnya secara mentalistik sedangkan lapis
permukaan adalah wujud lahiriah yang ditransformasi dari lapis batin.
4. Bahasa terdiri dari unsur competent dan performance
Linguistic competent atau kemampuan
linguistik merupakan penegtahuan seseorang tentang bahasanya termasuk
kaidah-kaidah di dalamnya. Linguistic performance atau performansi
linguistik adalah keterampilan seseorang menggunakan bahasa.
5. Analisis bahasa bertolak dari kalimat.
6. Penerapan kaidah bahasa bersifat kreatif
Ciri ini menentang anggapan kaum struktural yang fanatik
terhadap standar keumuman. Bagi kaum tranformasi masalah umum tidak umum bukan
suatu persoalan yang terpenting adalah kaidah.
7. Membedakan kalimat inti dan kalimat transformasi.
Kalimat inti merupakan kaliamt yang belum dikenai
transformasi sedangkan kalimat transformasi merupakan kalimat yang sudah
dikenai kaidah transformasi yang ciri-cirinya yaitu lengkap, simpel, statemen,
dan aktif. Lam pertumbuhan selanjutnya ciri itu ditambah runtut dan positif.
8. Analisis diwujudkan dalam diagram pohon dan rumus.
Analisis dalam teori ini dimulai dari struktur kalimat
lalu turun ke frase menjadi frase benda (NP) dan frase kerja (VP) kemudian dari
frase turun ke kata.
9. Gramatikal bersifat generatif.
Bertolak dari
teori yang dinamakan tata bahasa generatif tansformasi (TGT).
Keunggulan
Aliran Transformasi
a. Proses berbahasa merupakan proses kejiwaan buakan
fisik.
b. Secara tegas memisah pengetahuan kebahasaan dengan keterampilan
berbahasa (linguistic competent dan linguistic performance)
c. Dapat membentuk konstruksi-konstruksi lain secara
kreatif berdasarkan kaidah yang ada.
d. Dengan pembedaan kalimat inti dan transformasi telah
dapat dipilah antara substansi dan perwujudan.
e. dapat menghasilkan kalimat yang tak terhingga
banyaknya karena gramatiknya bersifat generatif.
Kelemahan
Aliran Transformasi
a. Tidak mengakui eksistensi klausa sehingga tidak dapat
memilah konsep klausa dan kalimat
b. Bahasa merupakan innate walaupun manusia memiliki
innate untuk berbahasa tetapi tanpa dibiasakan atau dilatih mustahil akan bisa.
c. Setiap kebahasaan selalu dikembalikan kepada deep
structure
Tidak ada komentar:
Posting Komentar